Karakteristik dan Cara kerja RAID
Tingkat 0 sampai 6
RAID (Redundant Array Independent Disk).
Sejak pertama kali
diperkenalkan, RAID dibagi ke dalam beberapa skema, yang disebut dengan
"RAID Level". Pada awalnya, ada lima buah RAID level yang pertama
kali dikonsepkan, tetapi seiring dengan waktu, level-level tersebut berevolusi,
yakni dengan menggabungkan beberapa level yang berbeda dan juga
mengimplementasikan beberapa level proprietary yang tidak menjadi standar RAID.
RAID menggabungkan beberapa
hard disk fisik ke dalam sebuah unit logis penyimpanan, dengan menggunakan
perangkat lunak atau perangkat keras khusus.
STRUKTUR
RAID
Disk
memiliki resiko untuk mengalami kerusakan. Kerusakan ini dapat berakibat
turunnya kinerja atau pun hilangnya data. Meski pun terdapat backup data, tetap
saja ada kemungkinan data yang hilang karena adanya perubahan setelah terakhir
kali data di-backup. Karenanya reliabilitas dari suatu disk harus dapat terus
ditingkatkan.
Berbagai
macam cara dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan juga reliabilitas dari
disk. Biasanya untuk meningkatkan kinerja, dilibatkan banyak disk sebagai satu
unit penyimpanan. Tiap-tiap blok data dipecah ke dalam beberapa subblok, dan
dibagi-bagi ke dalam disk-disk tersebut. Ketika mengirim data disk-disk
tersebut bekerja secara paralel, sehingga dapat meningkatkan kecepatan transfer
dalam membaca atau menulis data. Ditambah dengan sinkronisasi pada rotasi
masing-masing disk, maka kinerja dari disk dapat ditingkatkan. Cara ini dikenal
sebagai RAID. Selain masalah kinerja RAID juga dapat meningkatkan realibilitas
dari disk dengan jalan melakukan redundansi data.
Tiga
karakteristik umum dari RAID ini, yaitu :
1. RAID
adalah sekumpulan disk drive yang dianggap sebagai sistem tunggal disk.
2. Data
didistribusikan ke drive fisik array.
3. Kapasitas
redunant disk digunakan untuk menyimpan informasi paritas, yang menjamin
recoveribility
data ketika terjadi masalah atau kegagalan disk.
RAID merupakan salah satu jawaban masalah
kesenjangan kecepatan disk memori dengan CPU dengan cara menggantikan disk
berkapasitas besar dengan sejumlah disk-disk berkapasitas kecil dan
mendistribusikan data pada disk-disk tersebut sedemikian rupa sehingga nantinya
dapat dibaca kembali.
RAID dapat
dibagi menjadi 8 level yang berbeda :
Gambar:
RAID 0 + 1 dan 1 + 0
RAID level
pertama: mirroring
RAID level
kedua : Koreksi kesalahan dengan menggunakan kode Humming.
RAID level
ketiga : Pengecekan terhadap disk tunggal di dalam sebuah kelompok disk.
RAID level
keempat: Pembacaan dan penulisan secara independen
RAID level
kelima : Menyebarkan data dan paritas ke semua drive (tidak ada pengecekan
terhadap disk tunggal).
Berdasarkan
refensi yang kami dapat, ada 3 macam metode RAID berdasarkan kegunaannya yang
dapat digunakan, yaitu:
RAID 0
(metode Striping)
RAID 1
(metode Mirroring)
RAID 0+1
(metode Striping + Mirroring)
RAID 0
(untuk kecepatan)
1. RAID
level 0
RAID level 0
menggunakan kumpulan disk dengan striping pada level blok, tanpa redundansi.
Jadi hanya menyimpan melakukan striping blok data ke dalam beberapa disk. Level
ini sebenarnya tidak termasuk ke dalam kelompok RAID karena tidak menggunakan
redundansi untuk peningkatan kinerjanya.
RAID 0 yg
dikenal juga dgn metode Striping digunakan utk mempercepat kinerja hardisk.
Kapasitas total hardisk pada metode ini adalah jumlah kapasitas hardisk pertama
ditambah hardisk kedua. Metodenya dilakukan dengan cara membagi data secara
terpisah ke dua buah hardisk. Jadi separuh data ditulis ke hardisk pertama dan
separuhnya lagi ditulis ke hardisk kedua. Secara teoritis cara ini akan
mempercepat penulisan/pembacaan harddisk. Keburukan dari cara ini adalah
apabila salah satu hardisk rusak maka seluruh data akan hilang.
2. RAID
level 1
RAID level 1
ini merupakan disk mirroring, menduplikat setiap disk. Cara ini dapat
meningkatkan kinerja disk, tetapi jumlah disk yang dibutuhkan menjadi dua kali
lipat, sehingga biayanya menjadi sangat mahal. Pada level 1 (disk duplexing dan
disk mirroring) data pada suatu partisi hard disk disalin ke sebuah partisi di
hard disk yang lain sehingga bila salah satu rusak , masih tersedia salinannya
di partisi mirror.
RAID 1 yang
dikenal juga dengan metode Mirroring digunakan untuk mendapatkan keamanan data
(backup). Metodenya dilakukan dengan cara menyalin isi harddisk pertama ke
harddisk kedua. Jadi apa yang ditulis pada hardisk pertama akan juga ditulis di
hardisk kedua. Apabila salah satu hardisk rusak, maka data pada hardisk yang
satunya masih ada. Keburukan dari cara ini adalah tidak adanya peningkatan
kinerja sama sekali, performannya malah akan sedikit lebih pelan dibanding
performan hardisk single (non-RAID). Selain itu kapasitas total yang anda dapat
dengan metode ini hanyalah sebesar kapasatitas satu hardisk saja.
3. RAID
level 2
RAID level 2
ini merupakan pengorganisasian dengan error-correcting-code (ECC). Seperti pada
memori di mana pendeteksian terjadinya error menggunakan paritas bit. Setiap
byte data mempunyai sebuah paritas bit yang bersesuaian yang merepresentasikan
jumlah bit di dalam byte data tersebut di mana paritas bit=0 jika jumlah bit
genap atau paritas=1 jika ganjil. Jadi, jika salah satu bit pada data berubah,
paritas berubah dan tidak sesuai dengan paritas bit yang tersimpan. Dengan
demikian, apabila terjadi kegagalan pada salah satu disk, data dapat dibentuk
kembali dengan membaca error-correction bit pada disk lain.
4. RAID
level 3
RAID level 3
merupakan pengorganisasian dengan paritas bit interleaved. Pengorganisasian ini
hampir sama dengan RAID level 2, perbedaannya adalah RAID level 3 ini hanya
memerlukan sebuah disk redundan, berapapun jumlah kumpulan disk-nya. Jadi tidak
menggunakan ECC, melainkan hanya menggunakan sebuah bit paritas untuk
sekumpulan bit yang mempunyai posisi yang sama pada setiap disk yang berisi
data. Selain itu juga menggunakan data striping dan mengakses disk-disk secara
paralel.
5. RAID
level 4
RAID level 4
merupakan pengorganisasian dengan paritas blok interleaved, yaitu menggunakan
striping data pada level blok, menyimpan sebuah paritas blok pada sebuah disk
yang terpisah untuk setiap blok data pada disk-disk lain yang bersesuaian. Jika
sebuah disk gagal, blok paritas tersebut dapat digunakan untuk membentuk
kembali blok-blok data pada disk yang gagal tadi. Kecepatan transfer untuk
membaca data tinggi, karena setiap disk-disk data dapat diakses secara paralel.
Demikian juga dengan penulisan, karena disk data dan paritas dapat ditulis
secara paralel.
6. RAID
level 5
RAID level 5
merupakan pengorganisasian dengan paritas blok interleaved tersebar. Data dan
paritas disebar pada semua disk termasuk sebuah disk tambahan. Pada setiap
blok, salah satu dari disk menyimpan paritas dan disk yang lainnya menyimpan
data. Sebagai contoh, jika terdapat kumpulan dari 5 disk, paritas blok ke n
akan disimpan pada disk (n mod 5) + 1; blok ke n dari empat disk yang lain
menyimpan data yang sebenarnya dari blok tersebut. Sebuah paritas blok tidak
menyimpan paritas untuk blok data pada disk yang sama, karena kegagalan sebuah
disk akan menyebabkan data hilang bersama dengan paritasnya dan data tersebut
tidak dapat diperbaiki. Penyebaran paritas pada setiap disk ini menghindari
penggunaan berlebihan dari sebuah paritas disk seperti pada RAID level 4.
7. RAID
level 6
RAID level 6
disebut juga redundansi P+Q, seperti RAID level 5, tetapi menyimpan informasi
redundan tambahan untuk mengantisipasi kegagalan dari beberapa disk sekaligus.
RAID level 6 melakukan dua perhitungan paritas yang berbeda, kemudian disimpan
di dalam blok-blok yang terpisah pada disk-disk yang berbeda. Jadi, jika disk
data yang digunakan sebanyak n buah disk, maka jumlah disk yang dibutuhkan
untuk RAID level 6 ini adalah n+2 disk. Keuntungan dari RAID level 6 ini adalah
kehandalan data yang sangat tinggi, karena untuk menyebabkan data hilang,
kegagalan harus terjadi pada tiga buah disk dalam interval rata-rata untuk
perbaikan data (Mean Time To Repair atau MTTR). Kerugiannya yaitu penalti waktu
pada saat penulisan data, karena setiap penulisan yang dilakukan akan
mempengaruhi dua buah paritas blok.
Sumber : http://oobelix7.blogspot.com/2012/10/cara-kerja-raid.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar